Rabu, 25 Mei 2011

Cinta Rosa Untuk Elang

-- 70% imajinasi, 30% cerita pribadi. hehehe--


"Hai Elang! Mau pulang, ya?" Sapaku saat bertemu elang di depan gerbang sekolah.
"Eh, Ros! Iya, tapi masih nungguin Brian, nih... Biasa lah, dia nyamperin Tika dulu... hehehe," jawabnya sambil tersenyum manis banget.
Siang ini memang panas panas banget. Sampai- sampai Elang keringetan banyak banget. Tapi nggak tau kenapa dia tetep sempurna. Nggak ada yang ngalahain kesempurnaannya dia deh....
Dari kejauhan aku melihat sahabatku Anna. Dia teman sebangkuku waktu masih kelas 2 SMP. Dia melambaikan tangannya dan aku membalas lambaiyannya. Yah, dia memang gadis yang enerjik. Panas- panas gini semangatnya masih 100%. kemudian setelah puas berdadah- dadahan sama aku dia langsung berlari untuk menyusul Rinda, temannya saat pulang sekolah.
Kemudian aku kembali pada Elang. Mata Elang tertuju ke seberang jalan. Melukiskan senyum yang sebenarnya tak terlihat, namun tulus, sehingga aku bisa merasakannya. Aku mengikuti arah pandangannya, dan yah, tepat dugaanku, dia sedang memandang Anna dai kejauhan.
Bukannya aku nggak tahu, justru sebaliknya, aku tahu banget cerita mereka berdua. Sahabatku adalah orang yang sangat beruntung. Elang mencintainya, ya mungkin lebih tepatnya jatuh cinta padanya. Meskipun pada awalnya sahabatku sedikit menghindar dari Elang, akhirnya Anna juga suka sama Elang. Setiap sore aku dan Anna curhat bareng dan Anna nggak pernah lupa sama Elangnya. Ddia selalu bercerita tentang indahnya dunia bersama Elang.
Rasanya menangis dalam hati. Tapi, cerita- cerita Anna yang dibagikan kepadaku sangatlah bagaikan surga dunia. Aku jadi ikut merasa senang. Aku bisa ikut tertawa, tersenyum dan melompat kegirangan. Tapi tetap saja, rasa iri terhadapnya selalu menghantui hatiku.
Seperti yang kualami saat ini, jelas elang yang berada di hadapanku tersenyum saat memandang Lilianna. Mereka memang belum pacaran. Hal itulah yang membuat kelakuan mereka jadi remaja banget. Maksudku, suka ngumpet- ngumpet, senyum- senyum sendiri, dan lainnya yang nggak masuk akal banget. Dan itu yang membuat aku makin gerah.
"Elang...," aku memanggilnya dengan suara tertahan, rasanya seperti ada yang menyumpal tenggorokanku.
"Eh, kok kamu pucat banget?" Elang langsung mengalihkan perhatiannya kepadaku.
"Oh, aku nggakpapa. Em, aku pulang dulu, ya?"
"Yakin mau pulang? Kamu kayak nggak sehat gitu," mata Elang tampak mengkhawatirkanku.
"Aku nggakpapa Elang. Jangan khawatir. Bye," kataku langsung pergi meninggalkannya. Dalam perjalanan pulang hatiku terus saja berteriak, "Elang, maaf aku bohong. Aku memang lagi nggak sehat. Hatiku yang nggak sehat. Sakit Elang... sakit...."


Sore ini seperti biasa Anna akan kerumahku. Tadi melalui telepon dia bilang kalau ada cerita spesial. Entah apa yang akan ia ceritakan, karena kesenangannya adalah luka hatiku. Bukannya aku merasa sirik atau apalah, tapi manusiawi dong kalau aku merasa cemburu.

Benar saja. Anna menghampiriku dan langsung menyerahkan ponselnya kepadaku dengan wajah yang sumringah, “Coba buka inbox deh…” pipinya pun memerah. Dan sesuai permintaannya dengan hati was- was aku membuka inbox di HPnya dan jelas- jelas nama Elang berbaris di list inboxnya.
-Aku tadi lihat kamu jalan bareng rinda. Kamu cantik ya?
-Ya, maaf, tapi okelah kalo emang kamu pengen tau. Ehm, ya, aku suka sama kamu. Kamu cantik, lucu, ceria, supel dan itu semua yang bikin aku jatuh cinta sama kamu. Tapi aku nggak bisa jadi pacar kamu.
-Kita kan udah kelas Sembilan. Harus focus sama kelulusan. Maaf ya… aku baru bisa pacaran kalo udah lulus.
-Serius bukan masalah? Yakin kamu mau nunggu meskipun kelulusan masih lama?
-OK, aku bkal setia sama janjiku. Don’t worry. Kita jadian pas kelulusan ya…. J
Dan hatiku benar- benar sakit. Entah kata apalagi yang bisa aku gunakan untuk melukiskan perasaanku. Aku benar- benar patah hati. Luka ini sangatlah pedih untuk kurasakan. Sahabatku, punya hubungan dengan orang yang sangat aku cintai. Aku nggak bisa menyembunyikan kepedihan ini. Aku pun menangis. Di depan Lilianna.
“Ros? Kenapa?” Tanyanya panic.
“Oh, aku terharu. Kamu beruntung banget,” kataku berusaha mengangkat sudut bibirku meskipun sangat sulit rasanya.
“Oh, aku pikir kamu jealous… hehehe… ehm, menurut kamu gimana?”
“Lanjutin aja…”

Malam ini aku nggak bisa tidur. Mataku membengkak gara- gara nangis terus. Hatiku benar- benar gelisah. Rasanya sesak menahan semua ini sendirian. Dan akhirnya aku memutuskan ingin SMS dia untuk mengungkapkan isi hatiku. Memang terkesan gila, tapi aku nggak mau mengambil resiko kalau aku bakal gila beneran gara- gara ini.

“Hey Elang…. Udah tidurkah? Aku mau cerita sesuatu nih. Tapi rahasia, jadi please jngan certain ini ke siapa2 y… Jadi gni ceritanya, aku suka sama kmu sejak kelas 7. Tpi aku malu buat nunjukin itu ke kamu, bhkan sampe kita udah jadi tmen kyak gni. Dan sekarang aku cerita ke kamu. Tapi asal kamu tau aja, Cuma aku, kamu n Tuhan yang tau, cz ini rahasia bgt. Jadi please ya jga rahasia ini baik2, aku nggak mau yang lain marah gra2 aku suka kamu juga. Tpi tenang aja. Aku bkal berusaha lupain perasaan ini, jdi kmu nggak prlu kwatir. Ok?!”
Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim aku klik “send” dan terkirimlah SMS itu. Lima menit kemudian SMS dari dia masuk ke HPku.

“Oh, ya? Cuma aku yang tau selain kamu n Tuhan? Ok, aku bkal jga rhasia ini baik2. Tapi yang perlu kamu tau, aku bkal sedih banget kalo kamu berusaha lupain perasaanmu karena itu berarti aku bkal kehilangan kasih sayang dari seorang gadis yang luar biasa.”
Aku seneng banget baca SMSnya, tapi setelah kuulangi membacanya aku jadi kesal. Kenapa dia bilang seperti itu karena jelas- jelas dia suka sama sahabatku. Akhirnya aku mengirim SMS lagi, “Tapi bukannya kmu n Anna saling suka? Aku nggak enak sama kalian berdua….L ”
Beberapa saat kemudian SMS balasan masuk, “Iya, maaf ya aku memang suka sama Anna. Tapi kamu sahabatku. Lebih dari segalanya. Aku nggak mau kamu berhenti menyayangiku… sebagai sahabatmu J

Aku lega sekali membaca SMSnya yang ternyata nggak masalah sama perasaanku karena memang setelah kupikir- pikir kami adalah sahabat. Dan sangatlah mengecewakan bila sahabat berusaha berhenti menyayangi sahabatnya sendiri. Meskipun aku tahu rasa jatuh cinta ini adalah benar, tapi aku tetap ingin menghalau perasaan ini supaya tidak akan merusak persahabatanku dengan Elang dan Anna.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar